Beranda | Artikel
Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi Berkaitan dengan Ilmu Hadits
Rabu, 21 Februari 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi Berkaitan dengan Ilmu Hadits ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 9 sya’ban 1445 H / 19 Februari 2024 M.

Kajian tentang Talbis Iblis Terhadap Kaum Sufi Berkaitan dengan Ilmu Hadits

 إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an dan hadits), dan sesungguhnya Kami-lah yang akan memeliharanya.” (QS. Al-Hijr[15]: 9)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memelihara hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam salah satunya dengan ilmu hadits.

Ilmu ini sangat agung kedudukannya di dalam Islam. Ilmu hadits menjadi keistimewaan kaum muslimin dan tidak dimiliki oleh umat-umat lainnya. Kaum Muslimin berbangga dengan ilmu hadits yang telah disusun oleh para ulama dari zaman ke zaman, terutama oleh ulama-ulama hadits. Karena jasa mereka yang sangat besar dalam memelihara hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari penyimpangan-penyimpangan, para ulama menafsirkan Ath-Thaifah AlManshurah dengan Ahlul Hadits.

Bagaimana pandangan kaum Sufi terhadap ilmu hadits? Ada beberapa pandangan yang terbilang aneh dan menyimpang dari mereka. Dalam satu riwayat dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal, ia menceritakan bahwa Abu Turab an-Nakhsyabi datang ke majelis Imam Ahmad Ibnu Hambal. Imam Ahmad berkata, “Si Fulan itu dhaif, Si Fulan itu tsiqah,” merujuk pada ilmu jarh wa ta’dil, berkaitan kondifikasi hadits yang menyorot kondisi perawi-perawi haditsnya. Imam Ahmad sendiri membahas jarh dan ta’dil, dan perkataannya di bab ini menjadi pertimbangan dalam menilai perawi-perawi hadits.

Maka Abu Turab menyahut, “Syaikh, Anda jangan menggunjing ulama.” Ayahku menoleh ke arahnya lalu berkata, “Bagaimana kamu ini? Ini nasihat bukan ghibah.” Mereka tidak membedakan antara ghibah yang diharamkan dan ghibah yang dibolehkan. Salah satu adalah mengomentari para perawi untuk memastikan kesahihan sebuah riwayat. Ketika setiap orang berkata, “Nabi bersabda, Nabi bersabda,” para ulama berkata, “Coba sebutkan perawinya sampai kepada Nabi.”

Demikianlah, ilmu ini sangat penting, hingga kita dapat mengetahui mana hadits yang shahih dan mana hadits yang dhaif. Salah satu cara yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan terhadap para perawi. Di sinilah ilmu jarh wa t’adil.

Ketika Imam Ahmad sedang berbicara tentang jarh wa ta’dil, si Sufi ini mengomentari dan menuding itu sebagai perbuatan ghibah. Mereka tidak memahami bahwa ilmu ini sangat penting terkait dengan pembelaan terhadap hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53937-talbis-iblis-terhadap-kaum-sufi-berkaitan-dengan-ilmu-hadits/